ARTIKEL :: Senin, 01-08-2022

POTRET APARATUR SIPIL NEGARA DAERAH (ASND) BERKOMPETEN

POTRET APARATUR SIPIL NEGARA DAERAH (ASND) BERKOMPETEN

POTRET APARATUR SIPIL NEGARA DAERAH (ASND) BERKOMPETEN

Oleh: Iqbaludin *)

 

Reformasi birokrasi menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Persoalan tersebut tidak hanya mencakup sumber daya manusia, akan tetapi pelibatan variabel lain yang harus diperbaiki. Beberapa diantaranya terkait dengan pola rekruitmen, pembinaan, pengawasan, peningkatan kompetensi, perlindungan, dan kesejahteraan. Hal ini menjadi titik awal untuk memetakan permasalahan dan sekaligus merumuskan beberapa alternatif solusinya. Bisa dalam bentuk dikeluarkannya regulasi terkait kualifikasi ASN serta tindaklanjut dalam bentuk penguatan kualitas mutu dan layanan ASN.

Persepsi masyarakat terhadap aparatur sipil negara (ASN) baik pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) masih selalu dibarengi dengan narasi sumir. Kondisi tersebut terlihat kentara di laman berbagai platform media sosial, semisal twitter, instagram, dan facebook. Narasi tersebut tidak sepenuhnya salah dan harus direspon secara berlebihan. Akan tetapi harus dijadikan sebagai asupan positif dalam bentuk kritikan. Tinggal bagaimana tindaklanjut untuk merubah perspektif masyarakat tersebut, “netizen”.

Perspektif abdi negara yang bergerak dalam bidang layanan publik harus kembali digaungkan dan menjadi ruh bagi setiap ASN. Jika mengacu ke Permenpan RB No. 38 tahun 2017 setiap ASN harus memiliki 3 (tiga) kompetensi, kompetensi manajerial, kompetensi sosio kultural dan kompetensi teknis. Sejatinya jika pola rekruitmen, pembinaan, pengawasan, peningkatan kompetensi, perlindungan, dan kesejahteraan. Bukan hal yang tidak mungkin ASN akan kembali ke khitahnya.

Tiga kompetensi yang harus dikuatkan melalui pembinaan dan fasilitasi peningkatan kompetensi terkait Integritas, Kerjasama, Orientasi pada hasil, Komunikasi, Pelayanan publik, Pengembangan diri dan orang lain, Pengambilan keputusan, Mengelola perubahan (kompetensi manajerial). Memerankan perekat bangsa terkait Kepekaan terhadap perbedaaan  budaya, Kemampuan berhubungan sosial, Kepekaan terhadap konflik, Pengendalian diri, dan Empati (Kompetensi sosio kultural), dan kompetensi teknis sesuai dengan bidang masing-masing.

Potret ASN di lapangan memang terjadi kesenjangan yang lumayan menganga, yang bertugas di K/L pusat, Badan, dan atau ASN daerah otonom yang berada di bawah pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Perbedaan tersebut satu diantaranya terkait dengan kesejahteraan, layanan peningkatan kompetensi. Belum lagi jika di breakdown potret ASN di daerah otonom antara ASN struktural dan fungsional baik fungsional umum atau tertentu. Dalam pandangan masyarakat setiap kali ada wacana kenaikan penghasilan, selalu dipersepsikan sama, dimana semua ASN merasakan dampak dari kenaikan penghasilan yang nominalnya terbilang besar. Padahal fakta di lapangan berbeda dan tidak semua ASN mengalami hal yang sama.

Perlu adanya pengkajian ulang terkait dengan kualifikasi dan kualitas ASN di setiap tingkatan dan kewenangan terkait dengan layanan dan kinerja. Selain permasalahan kesejahteraan yang harus segera dicarikan solusinya, hal lainnya terkait dengan memperbaiki budaya kerja ASN, sehingga perspektif di masyarakat berubah mengarah kepada positif. Setidaknya ada 4 (empat) budaya berbasis kinerja, kepatuhan, orisinalitas dan kebaruan, cakupan/keluasan manfaat, dan jaminan berkelanjutan.

ASN harus memiliki komitmen yang tinggi dalam penerapan peraturan perundangan yang berlaku, menjadi bagian dari “innovation awarness” sehingga mengandung unsur kebaruan, memiliki kebermanfaatan terhadap kinerja organisasi/SKPD dan dirasakan oleh masyarakat yang mendapatkan layanan, dan menjadi bagian dari perbaikan berkelanjutan. Sehingga hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh setiap ASN dalam melaksakan tupoksinya dengan penuh tanggungjawab.

Langkah-langkah konkret dan terukur untuk meningkatkan kualitas layanan ASN sesuai kompetensinya masing-masing. Pertama, memulai dari diri sendiri dan mulai dari hal kecil untuk melakukan hal yang lebih besar lagi (start small, act big). Kedua, membangun rasa saling percaya diri di tingkat seksi/subid/subag, bidang/bagian atau tim kerja sesuai OPD masing-masing (built trust). Ketiga, satukan visi dan potensi (engender collaboration). Keempat, menumbuhkembangkan kreatifitas dalam menyelesaikan setiap pekerjaan (inspire creativity), dan Kelima, selalu menginspiraasi tumbuhkembangnya keberanian untuk cepat bertindak (inspire action). Mindset ASN secara perlahan dapat ditingkatkan melalui langkah-langkah tersebut.

Kompetensi ASN terlihat melalui budaya kerja di satuan kerja masing-masing. ASN terlihat jelas dalam perilaku individu dan kelompok, terlihat pada bagaimana cara anggota organisasi menyelesaikan pekerjaannya, meyakini nilai dan asumsi bersama yang dipegang oleh anggota organisasi, menjadi dasar praktek-praktek baik organisasi, dan yang tidak kalah pentingnya dengan diperkuat oleh perilaku pimpinan. Sehingga kompetensi ASN bisa terus teraktualisasikan.

Oleh karena itu, ASN berkualitas adalah ASN yang dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya berorientasi kepada pelayanan dalam bentuk berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan. Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas. Saling peduli dan menghargai perbedaan. Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan serta menghadapi perubahan serta membangun kerjasama yang sisnergis.

Ragam persoalan di atas secara perlahan dapat diselesaikan jika kolaborasi semua pihak terkait yang memiliki peran dalam tata kelola ASN semakin kuat. Ditunjang dengan kebijakan yang membumi disertai apresiasi terhadap kinerja secara berkeadilan.

 

*). Kabid Pengadaan, Pemberhentian dan Informasi

    pada BKPSDM Kab. Lebak

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Rivai, Veithzal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Simamora, H., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Jogjakarta: STIE YKPN.

Warsono. 2007. Dasar - dasar manajemen personalia. Jakarta: Balai Pustaka.

Siagian, P. Sondang. 2010. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta

Dale, Robert. D. 2007. Pelayan Sebagai Pemimpin. Malang: Gandum Mas

...
Nama :
Email :
Komentar :
 
Kirim
Arsip Artikel